Pagi itu, saya berdiri di tepi pantai, menatap air laut jernih yang memantulkan warna biru langit. Ombaknya tenang, angin lembut menyapu rambut, dan mata saya tertuju pada sebuah perahu kayu kecil yang bersandar manis di bibir pantai Gili Meno. Di momen itu, saya tahu—saya akan menikmati hari yang luar biasa.
Gili Meno bukan sekadar pulau kecil di antara Gili Trawangan dan Gili Air. Dia punya karakter sendiri. Lebih sepi, lebih tenang, lebih cocok buat kamu yang butuh rehat dari dunia yang terlalu ramai. Dan buat saya, pengalaman naik perahu keliling Gili Meno jadi salah satu bagian favorit saya.
Awal yang Tenang, Tapi Menyenangkan
Hari ketiga dari perjalanan kami dimulai dengan sarapan ringan dan briefing singkat dari pemandu. Agenda hari itu santai: menjelajahi Gili Meno naik perahu, snorkeling, dan menikmati waktu tanpa tekanan.
Saya naik perahu kayu tradisional bersama beberapa peserta lainnya. Suasananya langsung terasa akrab. Bukan seperti tur besar yang ramai dan tergesa-gesa, tapi seperti teman lama yang ingin keliling pulau bareng.
Saat mesin perahu dinyalakan dan kami mulai menjauh dari dermaga, saya duduk di tepi perahu, kaki menjuntai menyentuh air. Rasanya adem, tenang, dan menenangkan.
Keliling Gili Meno Lewat Laut
Satu hal yang langsung saya sadari: Gili Meno indah dari segala sudut. Dari atas perahu, saya bisa lihat pasir putih membingkai pulau dengan sempurna. Air lautnya punya gradasi warna yang nggak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Mulai dari biru kehijauan, biru bening, sampai biru laut dalam.
Perahu kami mengitari sisi barat pulau, melintasi area-area yang terkenal dengan spot snorkeling seperti Meno Wall dan Turtle Point. Beberapa penumpang langsung turun untuk melihat patung bawah laut yang terkenal itu—lingkaran manusia yang saling berpegangan tangan.
Saya? Saya tetap di perahu dulu, menikmati momen itu dari atas. Melihat mereka melompat ke laut, melihat ikan berkerumun dari permukaan, sambil menikmati semilir angin dan sinar matahari pagi yang hangat.
Obrolan Ringan & Tawa di Atas Perahu
Naik perahu di Gili Meno itu bukan cuma soal pemandangan. Tapi juga tentang obrolan santai yang muncul secara alami. Dari yang awalnya saling diam, perlahan kami mulai bercanda, tukar cerita, bahkan nyanyi bareng sambil menirukan suara motor perahu yang krek-krek-krek itu.
Salah satu teman seperjalanan bahkan mengeluarkan speaker mini dan memutar lagu-lagu akustik yang cocok banget buat suasana laut terbuka. Saya masih ingat, waktu lagu Yellow dari Coldplay diputar, semua ikut nyanyi. Suaranya sumbang, tapi rasanya bahagia banget.
Makan Siang dengan Pemandangan Laut
Setelah muter hampir setengah pulau, perahu kami berhenti di salah satu titik pasir putih yang agak sepi. Kami turun dan duduk di tikar, makan siang sederhana sambil melihat laut lepas. Di kejauhan, perahu lain lalu-lalang, tapi suasananya tetap damai.
Saya berpikir: ini mungkin bukan restoran mewah dengan kursi empuk, tapi makan siang di atas pasir dengan suara ombak dan angin laut? Rasanya 10 kali lebih nikmat
Waktu Seolah Melambat
Di atas perahu, waktu terasa beda. Nggak ada notifikasi, nggak ada jadwal padat. Cuma kamu, laut, dan langit luas. Setiap tikungan yang dilalui perahu membawa kejutan kecil—kadang ada sekumpulan ikan yang lompat, kadang terlihat penyu berenang, kadang hanya pantai kosong yang memesona.
Naik perahu di Gili Meno membuat saya merasa lepas dari rutinitas. Nggak perlu buru-buru, nggak perlu pencapaian. Cukup duduk, lihat sekitar, dan biarkan semua berjalan dengan alami.
Cocok untuk Semua Tipe Wisatawan
Yang menarik, naik perahu di Gili Meno ini cocok untuk siapa saja. Mau kamu solo traveler yang cari ketenangan, pasangan yang ingin momen romantis, atau keluarga yang liburan bareng anak-anak—semua bisa menikmati dengan caranya masing-masing.
Saya sendiri merasa pengalaman ini sangat personal. Meskipun ada banyak orang di perahu, tetap terasa seperti momen milik saya sendiri.
Termasuk dalam Program Wisata Lombok
Yang bikin saya senang, aktivitas ini ternyata sudah termasuk dalam itinerary paket Lombok 4 hari 3 malam. Jadi nggak perlu ribet urus sewa perahu, cari pemandu, atau atur jadwal sendiri. Semua sudah diatur, tapi tetap fleksibel.
Kalau kamu suka suasana santai tapi tetap ingin petualangan ringan, naik perahu keliling Gili Meno ini wajib masuk daftar. Apalagi kalau dikombinasikan dengan snorkeling dan jalan kaki sore di pinggir pantai Gili.
Setelah beberapa jam di atas perahu, matahari mulai condong ke barat. Kami kembali ke dermaga, dengan kulit sedikit lebih gelap, rambut acak-acakan, dan senyum yang sulit hilang.
Saya sempat menoleh ke laut, mencoba menyimpan semua pemandangan itu di kepala. Tapi saya tahu, memori seperti ini akan selalu menetap, bahkan tanpa foto.